Banda Neiraku
Berdiri gagah tunduk dibawah langit biru awan nan kelabu
Pesona lukisan Tuhan dalam semburat balutan daratan serta lautan
Kala senja merona jingga warna wajahnya
Tergoda lah seluruh insan padanya
Namun, Banda Neiraku yang kukagumi
Banda Neiraku yang kurindukan, yang kuagungkan
Yang pernah kusebut dalam sujud dan doa disepertiga malam sunyi tanpa suara,
kini telah menjelma menjadi sosok yang tak lagi mampu kukenali
Dari wujud malaikat yang penuh cinta mengapa bisa menjadi seolah malaikat pencabut nyawa
Aku menangis sekaligus tertawa
Menyaksikan diriku didepan cermin meneteskan air mata
Aku telah salah mengira
Aku telah salah menaruh cinta
Hei, semesta
Aku ingin bertanya
Apakah sudah tiada artinya lagi ketulusan dan kesetiaan di dunia ini?
Semesta berbicara
Memang ada dua hal yang akan hilang dalam penantian
Antara waktumu, atau dirimu sendiri
Jika kau tak cukup tangguh dalam menghadapi kekecewaan
Jangan menaruh hati ditempat yang tidak pasti
Rasa sakit akan tetap melekat sampai mati
Meski kau adalah sosok pemaaf dalam peranmu didunia ini
Tetap saja, kecewa dan luka tak kan bisa kau hindari
Kau hanya menoreh ceritamu menjadi ironi
Jika kau rindu, berteduhlah dulu
Pelukan Tuhanmu lebih menenangkan daripada bersandar dengan bahu
Akan sangat menakutkan jika rasa kesakitan kau anggap adalah kebahagiaan
Kau harus bisa membedakan
Kau harus menjadi sedikit tegas
Hatimu akan manja jika kau selalu menuruti keinginannya
Pasti hatimu bilang kau mencintainya
Silahkan percaya luka
Atau ikuti alurku dengan tidak bertanya-tanya
Hanya ada satu cara untuk meredam semuanya: keikhlasan yang tiada batasnya
Setelah itu kau sembuh dengan sendirinya
(Oleh Rain : Banda Neiraku)
Versi kedua
No comments:
Post a Comment